Tea and Scones
Teh dan scone adalah salah satu tradisi kuliner yang sangat terkenal di Inggris, sering dihubungkan dengan konsep afternoon tea atau teh sore. Tradisi ini dimulai pada abad ke-19, ketika Anna, Duchess of Bedford, merasa lapar pada sore hari dan mulai mengadakan pertemuan dengan teh dan makanan ringan. Seiring waktu, praktik ini berkembang menjadi ritual sosial yang melibatkan penyajian teh dengan berbagai jenis kue kering, termasuk scone. Scone sendiri adalah roti kecil yang biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan tekstur yang ringan dan lembut. Roti ini terbuat dari campuran tepung terigu, gula, baking powder, mentega, dan susu atau krim. Scone bisa disajikan polos atau dengan tambahan bahan seperti kismis, cranberry, atau bahkan cokelat. Rasa scone yang netral dan sedikit manis membuatnya menjadi pasangan yang sempurna untuk teh, dan sering kali disajikan dengan selai dan krim kental. Proses persiapan scone cukup sederhana namun memerlukan perhatian pada detail. Pertama, bahan kering seperti tepung, gula, dan baking powder dicampurkan dalam mangkuk. Setelah itu, mentega dingin dipotong-potong kecil dan dicampurkan hingga adonan menyerupai remah roti. Selanjutnya, susu atau krim ditambahkan sedikit demi sedikit hingga adonan dapat dipadatkan. Adonan kemudian dibentuk menjadi bulatan datar dan dipotong menjadi bentuk segitiga atau bulat. Setelah itu, scone dipanggang dalam oven hingga berwarna keemasan dan mengeluarkan aroma yang menggugah selera. Ketika disajikan, scone biasanya disertai dengan selai buah seperti selai stroberi atau raspberry dan krim kental yang dikenal sebagai clotted cream. Kombinasi rasa manis dari selai dan kaya dari krim menciptakan pengalaman rasa yang sangat menggugah selera. Teh yang disajikan biasanya adalah teh hitam, seperti Earl Grey atau Assam, yang memiliki rasa yang kuat dan mampu mengimbangi rasa scone. Seiring berjalannya waktu, teh dan scone telah menjadi simbol dari keanggunan dan keramahan Inggris. Banyak hotel dan kafe di Inggris, terutama di London, menawarkan pengalaman afternoon tea yang mewah dengan berbagai pilihan scone dan teh. Tradisi ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk bersosialisasi dan menikmati waktu bersama orang-orang terkasih. Dengan semua elemen ini, teh dan scone tetap menjadi favorit di kalangan penduduk lokal maupun wisatawan yang ingin merasakan keunikan budaya kuliner Inggris.
How It Became This Dish
Sejarah Teh dan Scone di Inggris: Sebuah Perjalanan Kuliner yang Menawan Teh dan scone adalah dua elemen yang tak terpisahkan dalam budaya kuliner Inggris, namun keberadaan dan popularitas mereka tidak selalu seperti yang kita kenal saat ini. Dalam sejarahnya, kombinasi antara teh dan scone telah mengalami perjalanan yang menarik, penuh dengan perubahan sosial dan budaya yang mencerminkan dinamika masyarakat Inggris. Asal Usul Teh Teh pertama kali diperkenalkan ke Inggris pada abad ke-17, ketika perdagangan dengan Asia, terutama Cina, mulai berkembang. Pada awalnya, teh dianggap sebagai barang mewah dan hanya dapat diakses oleh kalangan aristokrat. Ratu Catherine dari Braganza, istri Raja Charles II, sangat menyukai teh, dan kepopulerannya di kalangan bangsawan mulai menyebar. Teh menjadi simbol status dan gaya hidup mewah, sering disajikan dalam pertemuan sosial dan acara-acara resmi. Munculnya Scone Scone, sejenis kue yang terbuat dari tepung, susu, dan leavening agent seperti baking powder, memiliki akar yang lebih mendalam dalam tradisi kuliner Inggris. Meskipun asal usul scone tidak sepenuhnya jelas, banyak yang berpendapat bahwa scone berasal dari Skotlandia, dengan catatan tertua yang menunjukkan keberadaan makanan ini pada abad ke-16. Aslinya, scone dibuat dengan bahan-bahan sederhana dan dipanggang di atas batu panas atau dalam oven. Scone yang kita kenal saat ini biasanya disajikan dengan krim dan selai, menjadikannya makanan yang sempurna untuk menemani secangkir teh. Namun, kombinasi teh dan scone baru mulai muncul secara bersamaan pada abad ke-19, terutama di kalangan kelas menengah yang mulai mengadopsi kebiasaan teh sore. Kebangkitan Teh Sore Teh sore, atau 'afternoon tea', diperkenalkan oleh Anna Maria Russell, Duchess of Bedford, pada tahun 1840. Pada waktu itu, praktik makan malam di Inggris sering kali dilakukan sangat larut, seringkali setelah jam 8 malam. Hal ini membuat banyak orang merasa lapar di antara waktu sarapan dan makan malam. Untuk mengatasi rasa lapar ini, Duchess mulai mengundang teman-teman untuk menikmati teh dan kudapan ringan pada sore hari. Praktik ini dengan cepat menjadi tren sosial dan menyebar ke kalangan aristokrat lainnya. Teh sore menjadi saat yang penting dalam kehidupan sosial, di mana para wanita berpakaian rapi dan bertukar cerita sambil menikmati teh, sandwich, dan, tentu saja, scone. Ini adalah saat yang penuh keanggunan dan formalitas, mencerminkan status sosial dan budaya aristokrat pada masa itu. Perkembangan Scone Seiring berjalannya waktu, scone mulai berkembang dan beradaptasi. Resep dan cara penyajian scone bervariasi, tergantung pada daerah dan preferensi pribadi. Di Inggris, scone biasanya lebih ringan dan lebih manis, sementara di Skotlandia, scone seringkali lebih padat dan dapat mengandung bahan tambahan seperti kismis atau buah kering. Dengan datangnya Revolusi Industri pada abad ke-19, kelas pekerja juga mulai menikmati teh dan scone. Makanan ini tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas, tetapi mulai diakses oleh lebih banyak orang. Kafe-kafe dan salon teh bermunculan di seluruh Inggris, menawarkan berbagai pilihan teh dan kudapan, termasuk scone, dengan harga yang lebih terjangkau. Ini membantu menjadikan teh dan scone sebagai bagian dari budaya sehari-hari masyarakat Inggris. Teh dan Scone dalam Budaya Populer Teh dan scone telah menjadi simbol dari budaya Inggris yang lebih luas. Dalam banyak film, buku, dan program televisi, momen menikmati teh sore sering kali diilustrasikan sebagai waktu untuk bersantai, berbincang-bincang, dan menikmati kebersamaan. Selain itu, teh dan scone juga sering kali diasosiasikan dengan tradisi dan keramahtamahan Inggris, menjadikannya pilihan yang populer dalam acara-acara khusus dan perayaan. Scone dalam Konteks Modern Di era modern, meskipun kehidupan sehari-hari sering kali menjadi lebih cepat dan lebih sibuk, teh dan scone tetap mempertahankan tempatnya dalam budaya Inggris. Banyak kafe dan restoran di seluruh dunia menawarkan pengalaman teh sore, lengkap dengan scone, krim, dan selai, sebagai cara untuk mengenang tradisi yang kaya ini. Bahkan, di luar Inggris, konsep teh sore dengan scone telah diadopsi dan dimodifikasi, menciptakan variasi yang unik di negara-negara lain. Kesimpulan Perjalanan kuliner teh dan scone di Inggris adalah cerminan dari pergeseran sosial dan budaya yang terjadi sepanjang sejarah. Dari asal-usulnya yang sederhana hingga menjadi simbol keanggunan dan tradisi, kombinasi ini telah berhasil melewati waktu dan tetap relevan hingga saat ini. Teh dan scone bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga lambang dari keterhubungan sosial, keramahtamahan, dan tradisi yang kaya. Dengan menikmati secangkir teh dan scone, kita tidak hanya merasakan kenikmatan kuliner, tetapi juga merayakan warisan budaya yang telah dibangun selama berabad-abad. Sebuah pengalaman yang menggugah selera dan menghangatkan hati, teh dan scone akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Inggris dan penggemar kuliner di seluruh dunia.
You may like
Discover local flavors from United Kingdom